Kuningan, CiremaiPos.com - Bertempat di Lapangan Primajasa Exhibition Center, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (5/4/2025), Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., menghadiri acara Silaturahmi dan Halal Bihalal Keluarga Besar Partai Gerindra Jawa Barat.
Hadirnya Dian Rachmat Yanuar dalam acara tersebut justru menjadi sorotan beberapa pihak, salah satunya adalah Ketua Bidang Hikmah, Politik, dan Kebijakan Publik PC IMM Kuningan, Roy Aldilah.
Bukan tanpa alasan, Roy sendiri menyoroti status Dian Rachmat Yanuar sebagai sosok seorang Bupati Kuningan yang diusung penuh oleh Partai Golkar namun tidak sedikitpun dalam acara tersebut ia menunjukan jati dirinya sebagai kader Golkar, mengingat posisinya sebagai Dewan Penasehat di DPD Partai Golkar Kuningan.
"Harusnya warna kuning sebagai simbol Partai Golkar melekat saat kegiatan-kegiatan politik seperti ini, karena itu menunjukkan jati dirinya sebagai kader, karena Dedi Mulyadi pun hadir sebagai kader Gerindra, bukan sebagai Gubernur," kata Roy, Minggu (5/5/2025).
Roy juga mengatakan, mungkin saja ini hanya sebuah kebetulan bahwa baju yang dipakai oleh Dian Rachmat Yanuar itu memang disyaratkan dalam undangan seperti dalam banyak kegiatan yang mensyaratkan mengenakan pakaian dengan kriteria tertentu.
"Karena ini kegiatan Partai Gerindra, mungkin saja undangan disyaratkan untuk mengenakan pakaian sesuai ketentuan undangan," ucap Roy.
Namun, kata Roy, di sisi lain jika ia boleh berasumsi bisa jadi pakaian yang dikenakan Dian Rachmat Yanuar juga sebagai representasi Politiknya ke depan, karena menurutnya tidak ada yang tidak mungkin dalam iklim politik seperti saat ini.
"Bisa jadi ini merupakan representasi politik Pa Dian ke depan, tapi kembali lagi ini hanya sebatas asumsi," kata Roy.
Roy juga mengungkapkan, terlepas penilaian masyarakat bahwa ini merupakan sebuah strategi politik tingkat tinggi untuk merangkul semua golongan, ia hanya berharap Dian Rachmat Yanuar saat ini bisa menunjukan identitasnya sebagai seorang Bupati dan Politisi, jangan sampai semua itu menjadi bias karena hal-hal semacam itu.
“Karena politik itu bukan soal bisa hadir di semua panggung, tapi soal punya sikap, punya warna, begitupun kepemimpinan itu sendiri tentang sebuah ketegasan," ucap Roy.
(Angga)
